Belajar
membaca menulis pada anak adalah suatu proses yang timbul karena dukungan lingkungannya.
Jadi, orang tua tidak perlu memaksakan kehendak pada anak.Unsur “bermain”,
“kesenangan”, dan “kesiapan anak” memegang peranan penting dalam mengajar anak.
Ada tahapan-tahapannya untuk menggiring minat ke arah sana.
Pada awalnya perhatian anak memang hanya tertuju pada objek yang tergambar di buku. Tapi lama kelamaan ia pun “ingin tahu” makna dari tulisan di bawah gambar itu.
Pada awalnya perhatian anak memang hanya tertuju pada objek yang tergambar di buku. Tapi lama kelamaan ia pun “ingin tahu” makna dari tulisan di bawah gambar itu.
Keingin tahuan tersebut tak hanya muncul ketika melihat simbol yang tertera
dalam buku, tapi juga setiap kali mereka menemukan sesuatu di luar ruang.
Misalnya, ketika melihat tulisan “exit” di pintu gedung bioskop, anak pun
bertanya, “Apa sih itu?” Juga ketika anak melihat iklan di TV, ia akan berusaha
ingin tahu arti simbol yang ada. Makin sering anak melihat dan dijelaskan, simbol-simbol
itu menjadi bermakna dan mempunyai arti bagi mereka.
Lingkungan
Tentukan Minat
Minat baca
anak, sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena itulah menjadi tugas
orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Caranya, bisa dengan memperlihatkan
beragam buku yang berisi gambar-gambar, lalu menceritakan isi buku itu.
Misalnya, anak dipangku sementara orang tua bercerita isi buku itu. Cara ini
dianggap amat efektif. Bisa juga dengan menyimpan buku-buku di tempat yang
gampang diraih anak atau di tempat-tempat khusus di antara mainannya.
Pada saat membacakan cerita,orang tua juga hanyut dalam bacaan. Sehingga
muncul rasa ingin tahu anak, apa yang menarik di balik tulisan itu sampai-sampai
bapak ibu asyik membaca? Rasa ingin tahu ini merangsang anak untuk melakukan
hal yang sama. Kalau lingkungan tidak dipersiapkan ke arah sana, sulit bagi
orang tua mendapati anaknya berminat membaca. Apalagi kalau orang tua hanya
ter fokus pada kegiatan belajar anak sementara lingkungan tidak mendukung, bisa
jadi anak akan merasa terbebani tugas yang belum menjadi porsinya.
Usia dini ideal untuk merangsang kesenangan membaca. Bahkan sejak dalam
kandungan anak sudah diajak berbicara, dibacakan cerita, dsb. Hal itu merupakan
rangsangan yang akan bermanfaat bagi kemampuan ber komunikasi anak kelak.
Kemampuan membaca pada usia dini sangat mempengaruhi tingkat intelegensia
anak. Semakin dini anak membaca, semakin baik ia membaca. Ketika usia dua
sampai tiga tahuin, kemampuan anak menyerap informasi berada pada puncaknya,
dan tidak akan pernah terulang lagi.
Penguasaan dan pengembangan motorik halus anak tidak muncul secara
tiba-tiba, melainkan juga melalui proses. Bisa dimulai dengan bermain
meremas-remas malam(lilin) atau bubur kertas untuk dibuat menjadi bentuk
tertentu. Bisa juga dengan merangkai, bermain air, bermain tanah liat dsb.
Pengenalan gambar dan kemudian menjelaskan gambar itu dengan cerita yang
dibuat anak sendiri atau orang tua merupakan kegiatan lain yang menarik minat
baca anak. Dengan sering melakukan itu, muncul keinginan anak untuk menulis
sendiri ceritanya. Meski masih berupa coretan-coretan dari bunyi yang dikenali
anak.
Jadi, dalam proses belajar itu ada berbagai kegiatan bermain bersama yang
sangat dibutuhkan anak berupa pengenalan gambar, penjelasan isi cerita, dst.
Seluruh kegiatan perlu diperhatikan unsur “kesiapan anak”, unsur “bermain”
(bukan dibebani tugas) dan unsur “kesenangan” (yang menarik anak).
Komik sebagai
“pintu masuk”
Bacaan
bergambar berupa komik sering diangap sebagai bacaan yang perlu dihindari.
Komik adalah salah satu bentuk bacaan yang bisa menjadi salah satu “pintu
masuk” untuk kesenangan anak membaca.
Pesan yang disampaikannya mudah dicerna anak. Komik, semisal Tintin, dari
gambar tokohnya sudah bisa “berbicara” dan bikin tertawa. Bahkan anak belum
bisa baca-tulis pun akan menangkap ceritanya. Tapi orang tua harus tahu persis
pesan atau nilai-nilai yang disampaikan komik itu. Juga perlu menyediakan waktu
untuk membicarakan semua teks secara detil dengan anak. Cara ini bukan saja merangsang
minat anak, tapi memperkaya dan mengembangkan pengetahuan anak, sekaligus
membantu orang tua lebih mengenali potensi anak.
Orang tua sebaiknya memperkenalkan pada anak beragam jenis bacaan. Sehingga
komik bukan menjadi satu-satunya bacaan yang tersedia di rumah. Kalau Cuma
komik yang dilihat dan dibaca oleh anak, dengan sendirinya anak sulit menyukai
bentuk bacaan lain. Tapi kalau komik hanya salah satu koleksi bacaan yang
diberikan, kenapa tidak? Kadang-kadang ada nilai tertentu yang lebih mudah ditanggap
lewat gambar. Bahkan, filosofi berat pun akan lebih mudah ditangkap anak
melalui gambar. Contoh, simbol Yin-Yang. Anak berusia sembilan tahun lebih bisa
menangkap konsep melalui simbol ketimbang lewat tulisan.
Karena komik dianggap sebagai media ampuh untuk menyampaikan nilai-nilai
orang tua perlu selektif. Komik menceritakan kekerasan atau kesadisan, komik
dengan bahasa yang tidak ingin di perkenalkan pada anak. Apapun alasannya,
kekerasan tidak perlu diajarkan pada anak. “Jadi, komik yang Cuma mengajarkan
tindakan sadis, ya, tidak perlu diperkenalkan pada anak.
Yang pasti। “Setiap orang
tua mempunyai prioritas dan mengenali kebutuhan anak mereka। Orang tua juga harus selalu siap menjawab
pertanyaan pada saat anak tidak mengerti apa yang dilihat atau dibacanya.”
“Kesulitan itu ibarat seorang bayi. Hanya
bisa berkembang dengan cara merawatnya”